
Jepang adalah negara yang dikenal luas karena perpaduan teknologi canggih dan tradisi kuno yang masih terjaga dengan baik. Dari kereta peluru Shinkansen hingga kuil-kuil yang berusia ratusan tahun, Jepang selalu menawarkan berbagai kejutan bagi wisatawan dan pencinta budaya. Namun, di balik citra modern yang sering ditampilkan, Jepang juga menyimpan berbagai fakta unik dan terkadang aneh yang jarang diketahui oleh banyak orang. Salah satu fakta yang cukup mengejutkan adalah keberadaan Hutan Bunuh Diri atau dikenal sebagai Aokigahara, sebuah tempat yang memiliki sejarah dan cerita kelam di balik pesonanya yang indah. Tidak hanya itu, masih banyak fakta menarik lainnya yang mencerminkan keunikan negara ini, mulai dari aturan sosial yang tidak biasa hingga fenomena budaya yang tak terduga. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi deretan fakta-fakta unik di Jepang yang jarang diketahui orang. Dari budaya, kebiasaan hidup, hingga tempat misterius seperti Aokigahara, artikel ini akan mengungkap sisi lain dari Jepang yang tak kalah menarik dari yang sering kita lihat di layar televisi atau media sosial. Salah satu fakta yang paling mengejutkan tentang Jepang adalah keberadaan Aokigahara, yang sering disebut sebagai “Hutan Bunuh Diri”. Terletak di kaki Gunung Fuji, Aokigahara adalah hutan yang terkenal bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga sebagai tempat di mana banyak orang datang untuk mengakhiri hidup mereka. Sejarah kelam Aokigahara ini sudah berlangsung selama beberapa dekade dan telah menjadi bagian dari legenda urban Jepang. Hutan ini dikenal karena keheningannya yang luar biasa. Kepadatan pepohonan di Aokigahara membuat suara angin dan hewan liar hampir tidak terdengar, menciptakan suasana yang sangat sunyi dan mistis. Tidak heran jika tempat ini menjadi lokasi yang sering dikaitkan dengan kisah-kisah menyeramkan dan mistik. Pada tahun 1950-an, Aokigahara mulai dikenal sebagai lokasi bunuh diri setelah novelis Jepang Seicho Matsumoto merilis novel berjudul Kuroi Jukai yang menggambarkan dua karakter yang memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka di hutan ini. Sejak saat itu, Aokigahara semakin terkenal sebagai tempat bunuh diri, dan setiap tahunnya, pihak berwenang harus melakukan pencarian rutin untuk menemukan jasad-jasad korban. Untuk mencegah lebih banyak korban, pemerintah Jepang telah memasang papan peringatan di berbagai sudut hutan, berisi pesan-pesan yang mendorong orang untuk berpikir ulang dan mencari bantuan. Beberapa papan tersebut bahkan menyertakan nomor hotline konseling. Meskipun upaya ini dilakukan, Aokigahara tetap menjadi tempat yang penuh misteri dan kontroversi. Selain Aokigahara, Jepang juga menyimpan banyak fakta unik dan aneh lainnya yang sering kali mengejutkan para wisatawan. Berikut adalah beberapa di antaranya: Di banyak negara, tidur saat bekerja dianggap sebagai tanda kemalasan atau ketidakdisiplinan. Namun, di Jepang, fenomena ini justru dipandang sebagai tanda kerajinan. Istilah “inemuri”, yang secara harfiah berarti “hadir saat tidur”, merujuk pada kebiasaan tidur singkat di tempat kerja atau tempat umum. Orang Jepang percaya bahwa mereka yang tertidur di tempat kerja menunjukkan bahwa mereka telah bekerja sangat keras hingga kelelahan. Inemuri tidak dianggap sebagai hal yang memalukan, asalkan dilakukan dengan cara yang sopan dan tidak mengganggu orang lain. Bahkan, beberapa perusahaan Jepang membiarkan karyawannya tidur sebentar selama jam kerja agar mereka bisa lebih produktif setelahnya. Jepang dikenal dengan semangka persegi yang dijual dengan harga sangat tinggi. Semangka ini dibudidayakan dalam kotak kaca untuk membuatnya tumbuh berbentuk persegi, yang lebih mudah disimpan di lemari es dan terlihat unik. Meskipun tampilan semangka ini sangat menarik, harga yang ditawarkan bisa mencapai ratusan dolar per buah. Namun, yang mengejutkan adalah semangka persegi sebenarnya tidak dibudidayakan untuk dimakan. Bentuk unik ini justru mengurangi rasa manis dan kualitas buahnya, sehingga lebih sering dibeli sebagai souvenir atau hadiah mewah daripada untuk dikonsumsi. Jepang menghadapi krisis demografis dengan tingkat kelahiran yang rendah dan populasi yang menua. Salah satu masalah sosial yang dihadapi adalah kesepian di kalangan penduduk. Sebagai solusi, muncul konsep “Cuddle Cafe” atau “Soine-ya” di beberapa kota besar seperti Tokyo. Di Cuddle Cafe, pelanggan dapat membayar untuk tidur bersama seseorang (tanpa hubungan seksual). Tujuan dari layanan ini adalah untuk memberikan kenyamanan emosional melalui pelukan dan kontak fisik sederhana. Meskipun konsep ini terdengar aneh bagi sebagian orang, Cuddle Cafe cukup populer di kalangan mereka yang merasa kesepian atau stres. Jepang dikenal dengan ketepatan waktu yang luar biasa, terutama dalam hal transportasi. Kereta api di Jepang sangat jarang terlambat, dan ketika itu terjadi, bahkan hanya beberapa menit, pihak kereta api akan mengeluarkan permintaan maaf resmi. Tidak hanya permintaan maaf secara lisan di stasiun, jika kereta terlambat lebih dari lima menit, pihak kereta api sering kali memberikan sertifikat keterlambatan kepada penumpang, yang bisa mereka gunakan sebagai bukti keterlambatan untuk menjelaskan keterlambatan mereka di tempat kerja atau sekolah. Hal ini menunjukkan dedikasi tinggi Jepang terhadap pelayanan publik yang sempurna. Jika di banyak negara, memberi tip kepada pelayan adalah hal yang biasa, di Jepang justru sebaliknya. Memberi tip dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan. Jepang memiliki sistem pelayanan yang sangat profesional, dan pekerja di sektor jasa percaya bahwa mereka dibayar untuk memberikan layanan terbaik tanpa perlu menerima tambahan uang. Bahkan, jika Anda mencoba memberi tip, ada kemungkinan tip tersebut akan ditolak dengan sopan, atau pelayan akan mengejar Anda untuk mengembalikan uang yang Anda berikan. Bagi orang Jepang, kehormatan dalam bekerja jauh lebih penting daripada uang tip. Fugu, atau ikan buntal, adalah salah satu makanan paling berbahaya di dunia karena mengandung racun tetrodotoxin yang mematikan. Meskipun demikian, ikan ini menjadi hidangan lezat yang sangat populer di Jepang, terutama di kalangan pecinta kuliner yang berani mengambil risiko. Namun, untuk bisa menyajikan fugu, koki di Jepang harus memiliki lisensi khusus. Mereka harus menjalani pelatihan yang ketat dan lulus ujian untuk bisa memotong dan memasak ikan ini dengan aman. Memasak fugu tanpa lisensi bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga sangat berisiko karena kesalahan kecil bisa menyebabkan kematian. Di Jepang, orang tua tidak bisa sembarangan memilih nama untuk anak-anak mereka. Pemerintah Jepang memiliki daftar karakter kanji yang disetujui untuk digunakan dalam nama, dan beberapa karakter dianggap tidak pantas karena konotasi negatif atau terlalu sulit untuk dibaca. Selain itu, ada nama-nama tertentu yang dilarang karena dianggap bisa menyebabkan bullying atau stigma sosial di kemudian hari.